Komen Dari Indonesia..
'Konflik Sulu di Sabah Kian Meluas'
KONFLIK bersenjata antara pasukan
Kesultanan Sulu dan tentara Malaysia terus terjadi hingga Minggu malam lalu.
Puluhan korban dilaporkan tewas, warga setempat dan tentara Malaysia mewaspadai
masuknya orang-orang Kesultanan Sulu ke berbagai daerah di Sabah.
Konflik yang awalnya terisolir di
Lahad Datu, kini meluas hingga ke wilayah Semporna yang jaraknya terpaut 300
kilometer. Konflik itu menambah panjang daftar korban tewas dari kedua kubu.
Menurut Minda News, sebuah kantor berita di Mindanao, korban telah mencapai 27
orang. Sebanyak 14 di antaranya adalah orang Sulu, tujuh tentara Malaysia,
seorang pemilik rumah tempat Agbimuddin tinggal di desa Tanduo, dan Imam Maas
dan keempat putranya.
Korban terakhir tewas di desa
pesisir Simunul, Semporna, pada Sabtu lalu. Tidak ada media Malaysia yang
memberitakan perihal kematian imam Maas dan keempat putranya. Media di Filipina
ABS-CBN News memberitakan, Imam Maas ditembak tentara Malaysia karena diduga
membantu dua kerabat Kesultanan Sulu, yaitu Datu Alianapia Kiram, adik Sultan,
dan Datu Amer Bahar Kiram, keponakan Sultan.
Menurut juru bicara Sulu, Abraham
Idjirani, keduanya memang telah tinggal selama bertahun-tahun di Sabah dan sama
sekali tidak ada hubungannya dengan pendudukan Lahad Datu yang dipimpin Raja Muda
Agbimuddin Kiram.
Idjirani mengatakan, untuk mencari
anggota keluarga Kesultanan Sulu, kepolisian Malaysia menggunakan dalih
pemeriksaan pendatang ilegal dari Filipina. Polisi Malaysia memasuki
rumah-rumah warga dengan paksa dan sampai ke rumah imam Maas. Imam yang berasal
dari Filipina ini mengaku melayani kedua Datu, nyawanya pun dihabisi.
Akibat pembunuhan ini, warga desa yang kebanyakan warga pendatang dari Filipina marah. Mereka menyerbu kantor polisi di Semporna pada Sabtu malam. The Star menuliskan, lima orang polisi Malaysia tewas saat memasuki desa tersebut. Idjirani mengatakan, seorang pejabat tinggi militer Malaysia, seorang anggota polisi dan seorang pejabat sipil dilaporkan disandera.
Akibat pembunuhan ini, warga desa yang kebanyakan warga pendatang dari Filipina marah. Mereka menyerbu kantor polisi di Semporna pada Sabtu malam. The Star menuliskan, lima orang polisi Malaysia tewas saat memasuki desa tersebut. Idjirani mengatakan, seorang pejabat tinggi militer Malaysia, seorang anggota polisi dan seorang pejabat sipil dilaporkan disandera.
Alim Hashim Mudjahab, ketua Komite
Dewan Islam Front Pembebasan Islam Moro (MNLF) dilansir Inquirer membenarkan
pernyataan Idjirani. Menurutnya, para pendukung Kesultanan Sulu menyerbu pos
polisi dan membebaskan lebih dari 100 orang Muslim Filipina yang ditahan sejak
konflik pecah Jumat lalu.
Konflik meluas ke Tawau, daerah
sekitar 84km dari Semporna. Mudjahab mengatakan bahwa orang-orang Kesultanan
Sulu menyerang konvoi truk militer Malaysia dengan melemparkan dinamit yang
biasa dipakai untuk memancing ikan.
"Ketika kita berbicara saat ini
(Minggu), ketegangan tersebar hingga Sandakan dan ada laporan bahwa warga asal
Tausug (Moro, Filipina) yang tinggal di Kota Kinabalu siap melawan tentara
Malaysia," kata Mudjahab.
"Penjahat dalam konflik ini
adalah pemerintah Malaysia. Bukan Kesultanan Sulu yang meningkatkan konflik,
tapi pemerintah Malaysia. Jika saja polisi Malaysia menunjukkan toleransi,
belas kasihan, mereka seharusnya tidak melakukan tindakan ini," ujar
Idjirani.
Menanggapi banyaknya perlawanan dari
masyarakat, Kesultanan Sulu berlepas diri. Idjirani mengatakan, kemarahan warga
itu adalah karena penyerbuan tentara Malaysia ke desa mereka. Padahal, warga
Filipina di tempat itu sama sekali tidak terlibat pendudukan di Lahad Datu.
"Ini adalah upaya tidak
terorganisir dari rakyat, yang tidak bisa lagi terima perlakuan pemerintah
Malaysia terhadap mereka sejak tahun 1982," kata Idjirani.
Pemerintah Malaysia enggan
disalahkan. Menurut versi mereka, lima orang polisi Malaysia terbunuh saat
mencari sekelompok pasukan Sulu bersenjata yang masuk wilayah itu.
Menurut laporan polisi Malaysia ada
sekitar 10 orang bersenjata dari Sulu yang terlihat berkeliaran di wilayah
Kunak pada Sabtu malam lalu. Sebanyak 10 orang ini diketahui memasuki desa Long
Malor dan desa Dasar Lama di Kunak.
Menurut Zulkifeli, pasukan Sulu ini
datang menggunakan perahu kecil dari pulau Sibutu, sekitar 25 menit dari
Semporna, beberapa minggu lalu. Itulah mengapa pasukan Malaysia sulit
mendeteksi kedatangan mereka ini.
"Mereka datang menggunakan
pakaian sipil, masuk ke Sabah, berkumpul dan mengganti ke seragam militer
mereka. Kami menemukan dua tas berisi pakaian sipil," kata dia.
Malaysia siaga
Idjirani mengatakan bahwa saat ini
banyak orang Sulu yang berangkat dari Basilan, Sulu, Tawi-tawi dan Semenanjung
Samboanga telah masuk ke Malaysia. Mereka, kata dia, telah berada di Sabah dan
ikut menyaksikan pemakaman para pengikut Agbimuddin yang tewas.
Masuknya para pengikut Kesultanan
Sulu ini juga tercium oleh tentara Malaysia yang langsung menambah pasukannya
di Sabah. Dua batalion dikirimkan ke Semporna dan Kunak.
Warga di Sabah juga meningkatkan
kewaspadaan mereka. Pemerintah Sabah meminta seluruh wilayah untuk menerapkan
siskamling dan mencurigai setiap orang yang tidak dikenal. Di antara yang
menerapkan kesiagaan penuh adalah kota Marudu, Pitas dan Kudat di sebelah utara
Sabah.
Bahkan di Pitas dan Kudat,
polisi-polisi tidak diperbolehkan mengambil cuti atau liburan untuk ikut
mengamankan desa. Selama 24 jam sehari, kota-kota di Sabah akan dijaga dengan
ketat oleh warga dan polisi.
Situs berita Free Malaysia Today
menuliskan bahwa beberapa pesawat tempur Malaysia terlihat diluncurkan dari
Bandara Internasional Kota Kinabalu sepekan terakhir ini.
Kehadiran polisi dan militer di
beberapa wilayah tidak juga mampu meredam ketakutan warga Sabah. Rumah-rumah di
Semporna kosong setelah bentrokan Sabtu. Warga memilih mengungsi ke tempat
aman. Warga yang memilih tinggal, tidak berani menyalakan lampu malam-malam.
"Sekarang warga desa mematikan lampu
lebih dini, khawatir nyala lampu malah mengundang orang asing dari laut ke
rumah mereka," kata seorang warga Kinabalu, Siti, yang memiliki orangtua
di Semporna.
Warga tidak ingin kecolongan.
Sebelumnya, dengan percaya diri, tentara Malaysia mengatakan semuanya akan
baik-baik saja. Namun yang terjadi sebaliknya, bentrokan pecah Jumat lalu dan
menewaskan beberapa orang. Warga semakin kaget mendengar laporan orang-orang
Sulu berada di beberapa tempat, tidak hanya di Lahad Datu.
Berbicara di Manila, Sultan Jamalul
Kiram III mengatakan bahwa ada sekitar 400 orang mereka di Sabah. Ini jauh
sekali dari pernyataan Malaysia yang mengatakan bahwa hanya ada 130 orang Sulu,
pria dan wanita di Tanduo. ~Seruan perdamaian